Di zaman seperti sekarang ini sangat
dibutuhkan suatu teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi user
untuk mengakses informasi setiap saat kapan pun dan dimana pun mereka
berada. Suatu teknologi yang disebut context-aware computing dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dan akan menjadi trend yang penting untuk
dikembangkan di masa depan.
Dengan
adanya context aware maka user tidak perlu harus selalu memberi input
yang banyak secara eksplisit untuk membuat komputer menjalankan
tugasnya.
Context awareness
adalah kemampuan sebuah sistem untuk memahami si user, network,
lingkungan, dan dengan demikian melakukan adaptasi yang dinamis sesuai
kebutuhan.
Karakteristik dari user,
network, lingkungan itu disebut konteks. Namun informasi konteks sendiri
menjadi kompleks dan heterogen sesuai jenis layanan yang akan didukung.
Maka context awareness menjadi masalah yang besar dan menarik dalam
pengembangan aplikasi, khususnya mobile, beberapa tahun ke depan.
Beberapa
bagian yang lebih sederhana dari context awareness telah mulai
dibangun. Misalnya LBS: location-based service. Misalnya, sewaktu user
mencari keyword tertentu (pom bensin, kafe, ATM, dll), maka ia akan
memperoleh hasil yang berbeda tergantung pada posisi user. Ini dapat
mulai digabungkan dengan beberapa info dari user. Misalnya pom bensin
atau kafe di dekat posisi user yang menerima pembayaran dengan ATM yang
dimiliki user.
Ada 4 kategori aplikasi context-awareness menurut Bill N. Schilit, Norman Adams, dan Roy Want, yaitu :
1. Proximate selection.
adalah
suatu teknik antarmuka yang memudahkan pengguna dalam memilih atau
melihat lokasi objek yang berada didekatnya dan mengetahui posisi lokasi
dari user itu sendiri. Ada dua variabel yang berkaitan dengan proximate
selection ini, yaitu locus dan selection dengan kata lain tempat dan
pilihan.
2. Automatic Contextual Reconfiguration
Aspek
terpenting suatu kasus sistem context-aware adalah bagaimana suatu
konteks yang digunakan membawa perbedaan terhadap konfigurasi sistem dan
bagaimana cara antar setiap komponen berinteraksi satu sama lain nya.
Sebagai contoh, penggunaan virtual whiteboard sebagai salah satu inovasi
automatic reconfiguration yang menciptakan ilusi pengaksesan virtual
objects sebagai layaknya fisik suatu benda.
Contextual
Reconfiguration juga bisa diterapkan pada fungsi sistem operasi;
sebagai contoh: sistem operasi suatu komputer A bisa memanfaatkan memori
komputer lainnya yang berada didekatnya untuk melakukan back-up data
sebagai antisipasi jika power komputer A melemah.
3. Contextual Informations and Commands
Kegiatan
manusia bisa diprediksi dari situasi atau lokasi dimana mereka berada.
Sebagai contoh, ketika berada di dapur, maka kegiatan yang dilakukan
pada lokasi tersebut pasti berkaitan dengan memasak. Hal inilah yang
menjadi dasar dari tujuan contextual information and commands, dimana
informasi-informasi tersebut dan perintah yang akan dilaksanakan
disimpan ke dalam sebuah directory tertentu. Setiap file yang berada di
dalam directory berisi locations and contain files, programs, and links.
Ketika seorang user berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lainnya, maka
browser juga akan langsung mengubah data lokasi di dalam directory.
Sebagai contoh: ketika user berada di kantor, maka user akan melihat
agenda yang harus dilakukan; ketika user beralih lagi ke dapur, maka
user tersebut akan melihat petunjuk untuk membuat kopi dan data
penyimpanan kebutuhan dapur.
4. Context-Triggered Actions
Cara
kerja sistem context-triggered actions sama layaknya dengan aturan
sederhana IF-THEN. Informasi yang berada pada klausa kondisi akan memacu
perintah aksi yang harus dilakukan. Kategori sistem context-aware ini
bisa dikatakan mirip dengan contextual information and commands, namun
perbedaannya terletak pada aturan-aturan kondisi yang harus jelas dan
spesifik untuk memacu aksi yang akan dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar