Jumat, 16 April 2010

KONFLIK DALAM SUATU ORGANISASI


   Organisasi sebagai suatu sistem terdiri dari komponen-komponen (subsistem) yang saling berkaitan atau saling tergantung (interdependence) satu sama lain dan dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Sub-subsistem yang saling tergantung itu adalah tujuan dan nilai-nilai (goals and values subsystem),

  • Teknikal (technical subsystem)

  • Manajerial (managerial subsystem)

  • Psikososial (psychosocial subsystem)

  • Subsistem struktur (structural subsystem).
    Dalam proses interaksi antara suatu subsistem dengan subsistem lainnya tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara individu pelaksananya. Setiap saat ketegangan dapat saja muncul, baik antarindividu maupun antarkelompok dalam organisasi. Banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya ketidakcocokan atau ketegangan, antara lain: sifat-sifat pribadi yang berbeda, perbedaan kepentingan, komunikasi yang “buruk”, perbedaan nilai, dan sebagainya. 
   Perbedaan-perbedaan inilah yang akhirnya membawa organisasi ke dalam suasana konflik. Agar organisasi dapat tampil efektif, maka individu dan kelompok yang saling tergantung itu harus menciptakan hubungan kerja yang saling mendukung satu sama lain, menuju pencapaian tujuan organisasi., selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak saling bekerjasama satu sama lain. 
   Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut. Konflik tersebut mungkin tidak membawa “kamatian” bagi organisasi, tetapi pasti dapat menurunkan kinerja organisasi yang bersangkutan, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian. Karena itu keahlian untuk mengelola konflik sangat diperlukan bagi setiap pimpinan atau manajer organisasi.
Solusi merupakan tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan timbulnya hal-hal yang yang tidak di inginkan.Penting nya pemecahan masalah bukan di dasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya.


  • PENGAMBILAN KEPUTUSAN & SOLUSI, DALAM ORGANISASI DI TENGAH TERJADINYA KONfLIK
Definisi konflik
Konflik merupakan suatu gejala dimana individu atau kelompok menujukan sikap atau perilaku “bermusuhan” terhadap individu atau kelompok lain sehingga mempengaruhi kinerja dari sala satu pihak atau semua pihak yang terlibat.
Pandangan Terhadap Konflik
Terdapat perbedaan pandangan terhadap peran konflik dalam kelompok atau organisasi. Ada yang berpendapat bahwa konflik harus dihindari atau dihilangkan, karena jika dibiarkan maka akan merugikan organisasi. Berlawanan dengan ini, pendapat lain menyatakan bahwa jika konflik dikelola sedemikian rupa maka konflik tersebut akan membawa keuntungan bagi kelompok atau organisasi.
Faktor-faktor
Konflik muncul karena ada yang melatarbelakanginya (antecedent conditions) .kondisi tersebut yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik ,terdiri dari tiga kategori yaitu: komunikasi ,struktur,variable pribadi
Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi anteseden untuk terciptanya konflik.
Struktur, Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.

Variabel Pribadi
Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi: sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah satu dari kondisi tersebut terjadi dalam kelompok, dan para karyawan menyadari akan hal tersebut, maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik. Keadaan ini disebut dengan konflik yang dipersepsikan (perceived conflict). Kemudian jika individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas, tegang, frustrasi, atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi konflik yang dirasakan (felt conflict). Selanjutnya, konflik yang telah disadari dan dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang nyata, jika pihak-pihak yang terlibat
Untuk menangani konflik yg terjadi seseorang perlu bersikap empati,yaitu bisa memahami keadaan sebagaimana yang di lihat oleh para pelaku penting yang terlibat konflik.
Manajer atau Pimpinan harus proaktif untuk mengidentifikasikan keberadaan kondisi tersebut dalam organisasinya.Untuk itulah maka manajer harus memiliki kemampuan untuk mengelola konflik sehingga konflik tidak menjadi factor yang mengancam keberlangsungan hidup organisasi.
Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi dari pemimpin yakni akan memberikan solusi yang terbaik .Sala satu kunci dalam tahapan pengambilan keputusan yaitu:

  • Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi permasalahan

  • Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah

  • Tahap melaksanakan kuputusan melaporkan hasil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar